Kamis, 16 Juni 2016

Postingan yang sama

Tentu saja tentang kamu lagi. Memangnya kamu mengharapkan apa? :)
Di awali tentangmu, maka isi dan akhirnya juga tentang kamu.

Apa kabar hari ini?
Sudah lama aku ga lihat pergerakanmu di sosial media. Aku tau kau sedang sibuk ujian tulis untuk masuk perguruan tinggi. Baru kali ini aku menyisipkan nama orang lain selain keluargaku dalam doa. Apapun hasilnya, aku percaya kamu bisa dengan usaha-usaha dan kerja kerasmu. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik, aku selalu berharap begitu.

"Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang. Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan." - Aan Mansyur

Mungkin akan terdengar lebih waras kalau aku berkata bahwa aku menganggapmu brengsek dan mencari lelaki lain yang jelas-jelas menyayangiku dan dia berada di kota yang sama denganku. Tapi karena aku ini mungkin sudah tidak waras, (mitosnya, jatuh cinta akan membuat orang tidak waras) aku bukan hanya menganggapmu brengsek dan mencari laki-laki lain yang berada di kota yang sama denganku, aku juga sadar dengan perasaanku. Lelaki ini berada satu kota denganku, lucu, manis, dan paling penting adalah kotaku adalah kota asalnya juga. Tapi dia bukan kamu. Itulah masalahnya, yang membuatku menjadi tidak waras.

Saat itu, aku berada di satu titik dimana aku merasa tidak diinginkan dan bodoh karena selama ini percaya saat aku pikir kamu tidak akan meninggalkanku, aku pikir kabar kepindahanmu itu hanya akan menjadi ilusi dan kita akan terus berada di satu kota bahkan sampai kita bosan dengan satu sama lain. Aku salah, tentu saja. Aku berpikir apa yang sedang aku alami saat itu akan selalu begitu, kamu yang diam-diam mencari tau di internet tentang hal yang aku bicarakan biar terlihat seolah paham, kamu yang berkata tidak ingin pindah, kamu yang menyayangiku, kamu yang berkata kalau aku tidak tergantikan, kamu yang ingin teriak kalau kamu adalah lelaki paling beruntung di dunia, kamu yang cemburu berlebihan, kamu yang diluar ekspektasiku. Dan sekarang aku bertanya-tanya, apa perasaanmu masih sama?

Kamu tidak merindukanku, itulah yang aku dapatkan sebelum kamu pindah. Kamu yang menghindar, itu juga yang aku dapatkan sebelum kamu memutuskan hubungan. Tapi saat ini, aku teringat hal-hal lain. Kamu sangat terlihat biasa saja setelah kita tidak berbicara lagi, tapi sebelumnya kamu masih ingin berteman denganku dan menyuruhku untuk tidak menangis. Kenapa?
Lalu kalau saat itu kamu hanya berpura-pura menyayangiku, maka apa tujuanmu dengan segala kecemburuan yang kamu buat? Bagaimana dengan telepon-telepon tengah malam yang selalu kamu minta? Dan juga kamu yang selalu terlihat senang saat melihatku dan selalu lebih dulu mendatangiku di sekolah saat itu? Kamu yang menyebut dirimu sendiri bodoh, brengsek, tolol dan segala macam itu saat aku marah padamu, kamu yang mencoba dengan keras untuk menyukai idolaku padahal kamu sadar kalau kamu tidak suka jenis lagu yang seperti itu, kamu yang bertanya universitas tujuanku agar kita bisa kembali bersama, kamu yang ternyata sampai sekarang tidak pernah pacaran dengan siapa pun lagi. Saat terakhir kali kita berbicara itu, aku sangsi saat kamu bersumpah kalau tidak ada perempuan lain. Tapi ternyata hal itu benar-benar terbukti.

Itulah.
Itulah yang membuat hal ini lebih sulit. Aku sudah pernah mencoba hubungan dengan lelaki lain walaupun kemudian berakhir karena perasaanku ke kamu. Kenapa kamu tidak punya pacar lain saja? Pertanyaan tidak waras dari orang yang tidak waras. Logikanya aku mencintaimu dan tidak ingin orang yang aku cintai dimiliki orang lain, tapi ternyata sejujurnya aku bahagia kalau kamu bahagia. Cheesy banget sih emang. Tapi hal itu bakal bikin aku lebih mudah melanjutkan hidup dan memastikan kalau kamu memang sudah menemukan perempuan lain.

Dulu aku pikir, perasaanku ini hanya perasaan rindu akan masa lalu. Seiringnya waktu saat aku pernah mengira kalau kamu sudah punya perempuan lain, air mataku tumpah. Sakit rasanya, tapi bukan sakit yang seperti itu. Sakit yang kemudian membuat hatiku lapang. Kemudian saat itu aku tersenyum. Rasa cemburuku bahkan terkalahkan dengan rasa lega pada kenyataan bahwa kamu bisa berbahagia dengan orang yang kamu pilih. Lalu saat aku sadar kalau ternyata aku salah mengira, di titik itulah aku sadar kalau aku, perempuan yang kamu tinggalkan ini, mencintaimu.