Beberapa hari yang lalu, aku mengetahui suatu hal baru tentangmu. Hal yang membuatku bangga namun caraku terasa ironis.
Dulu, aku bebas bertanya apa pun padamu, begitu juga sebaliknya. Aku peduli padamu, kau lebih dari itu. Aku masih peduli padamu sampai sekarang, entah kau juga atau tidak. Bedanya, aku tidak lagi bebas bertanya seperti dulu padahal ada banyak pertanyaan yang harusnya kau terima sekarang.
Aku pikir kamu kuliah di sana, kemudian aku ragu dan ternyata aku salah.
Tidak jauh berbeda jaraknya. Masih jauh dan kali ini di pulau yang berbeda.
Seharusnya aku malu karena masih mempermasalahkan jarak.
Lupakan saja.
Aku bangga padamu.
Minggu, 06 November 2016
Mengalir
Aku sedang mendengar lagu Payung Teduh yang judulnya Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan. Saat menulis kalimat barusan, aku merasakan deja vu. Aku pernah menulis di blog ini kalau aku sedang mendengar lagu Endah N Rhesa lalu kamu membacanya terang-terangan saat menelponku, kamu mengejekku.
Sebelum ini, aku mendengarkan San Francisco-nya 5SOS. Lalu aku mulai paham suatu hal barusan. Aku 'melihat'mu. Bukan dalam artian harfiah. Sudah bertahun aku tidak melihatmu, tentu saja. Kali ini aku melihatmu di musik yang kamu dengar. Aku merasakanmu, aku mengingatmu saat mendengar lagu Blink 182. Perlahan dari rambut kemudian tatapanmu. Aku rindu.
Sebelum ini, aku mendengarkan San Francisco-nya 5SOS. Lalu aku mulai paham suatu hal barusan. Aku 'melihat'mu. Bukan dalam artian harfiah. Sudah bertahun aku tidak melihatmu, tentu saja. Kali ini aku melihatmu di musik yang kamu dengar. Aku merasakanmu, aku mengingatmu saat mendengar lagu Blink 182. Perlahan dari rambut kemudian tatapanmu. Aku rindu.
Langganan:
Komentar (Atom)