Postingan kali ini ngomongin tentang Mesin Waktu. Belum ada ilmuwan mana pun yang menemukan mesin waktu. Waktu itu tidak bisa di genggam. 0,01 detik aja terlewat, itu sudah jadi masa lalu, seperti aku yang lagi nulis ini, judul yang pertama kali aku ketik adalah masa lalu. Ih muter-muter ya omonganku. Tapi Pidi Baiq bilang,"Kukira, aku tidak akan pernah berada di masa depan, karena nyatanya, aku selalu berada di hari ini, yang harus lebih baik dari kemarin." Bener, aku juga setuju dengan kutipan itu. Kalau ngomongin hal yang ga bisa diterima akal ini, rasanya bingung ya?
Menurut aku pribadi, mesin waktu secara harfiah itu memang tidak ada. Walaupun ada banyak cerita-cerita tentang penjelajah waktu. Waktu itu melebihi angin, cahaya, dan air. Parah sekali, tidak bisa dilihat dan dirasakan. Satu detik saja berlalu, sudah jadi kenangan dan satu detik belum dilewati, akan jadi masa depan. Simpel sekali pernyataannya.
Alasan kenapa orang menginginkan mesin waktu atau ingin kembali dan juga meloncati masa sekarang adalah karena rasa penyesalan dan penasaran. Orang-orang ingin memperbaiki diri dan merasa malu dengan diri sendiri. Tapi percayalah, semuanya sudah ditakdirkan begitu. Tidak ada kejadian yang tidak punya arti untuk kita walaupun sampai saat ini, kita tidak menyadari maksud dari hal-hal yang sudah terjadi itu. Kenangan-kenangan dan segala macam bentuknya. Ada lagi alasan kenapa orang ingin kembali ke masa lalu, bukannya ingin mengganti apa yang terjadi tapi mereka rindu. Rindu dengan apa yang terjadi dulu, jika di bandingkan dengan yang sekarang. Terkadang ada hal-hal yang tidak bertahan lama, hal-hal yang hanya diberikan pada kita dalam waktu tertentu, hal-hal yang membuat kita ingin merasakannya lagi. Yah, ini sih curhat aja terus haha.
Imajinasi tentang mesin waktu pasti sebuah ruang kotak dengan tombol-tombol yang kemudian membawa kita ke suatu masa yang kita inginkan, yang sampai sekarang hanya bisa diciptakan lewat kartun Doraemon dan SpongeBob.
Malam itu, aku membongkar lagi kotak yang berisi semua kenangan tentang kamu. Komik, foto, lembaran blog tentangmu yang sudah aku print lalu aku hapus, semuanya. Saat sedang membaca tulisan lamaku, aku tertawa sambil mengusap air mataku. Kenapa dulu aku naif sekali? Kenapa dengan percaya dirinya aku berpikir kita akan terus begitu? Senang, gembira, selalu mendengar suara satu sama lain sampai pagi lewat telepon, saling kangen, dan selalu bisa mengutarakan perasaan satu sama lain bebas kapan pun. Kenapa aku dengan naifnya menjawab kalau kita akan selalu bersama? Kenapa saat itu aku bisa berpikir kalau jarak tidak akan pernah jadi kendala? Kenapa aku dulu mikir kalau kamu tidak akan mungkin menyakitiku?
Aku percaya padamu.
Dan aku bodoh karena ada banyak faktor-faktor yang tidak aku pahami sampai sekarang kenapa kita bisa jadi dua orang egois yang tidak pernah saling sapa sedikit pun.
Maaf.
Tapi aku masih butuh penjelasan. Menurutku semua itu nggak jelas.
Aku butuh alasan yang jelas, aku butuh penjelasan yang sebenarnya. Aku bahkan lebih bisa terima kalau kamu selingkuh, menemukan perempuan lain, atau bahkan bosan padaku, aku mungkin aku mengekangmu. Sebenarnya apa yang salah saat itu?
Kamu menjauh beberapa minggu sebelum kamu pindah, lalu kemudian harus aku yang menghubungimu duluan agar aku tahu kabarmu? Agar aku tahu kabar hubungan yang gantung itu? Boleh aku tanya, gimana nasib hatiku sekarang kalau hari itu aku ga bertanya tentang hubungan kita? Mungkin sampai sekarang aku masih menunggumu tanpa kepastian yang jelas dan rasa bingung. Sampai sekarang pun sebenarnya masih begitu.
Aku memang marah. Tapi aku juga rindu. Entah perasaan macam apa ini.
Lalu kemudian aku melihat kotak itu dan isinya lagi. Semua itu adalah mesin waktuku. Mesin waktu berharga yang bisa membawaku kembali.
Malam itu, aku membongkar lagi kotak yang berisi semua kenangan tentang kamu. Komik, foto, lembaran blog tentangmu yang sudah aku print lalu aku hapus, semuanya. Saat sedang membaca tulisan lamaku, aku tertawa sambil mengusap air mataku. Kenapa dulu aku naif sekali? Kenapa dengan percaya dirinya aku berpikir kita akan terus begitu? Senang, gembira, selalu mendengar suara satu sama lain sampai pagi lewat telepon, saling kangen, dan selalu bisa mengutarakan perasaan satu sama lain bebas kapan pun. Kenapa aku dengan naifnya menjawab kalau kita akan selalu bersama? Kenapa saat itu aku bisa berpikir kalau jarak tidak akan pernah jadi kendala? Kenapa aku dulu mikir kalau kamu tidak akan mungkin menyakitiku?
Aku percaya padamu.
Dan aku bodoh karena ada banyak faktor-faktor yang tidak aku pahami sampai sekarang kenapa kita bisa jadi dua orang egois yang tidak pernah saling sapa sedikit pun.
Maaf.
Tapi aku masih butuh penjelasan. Menurutku semua itu nggak jelas.
Aku butuh alasan yang jelas, aku butuh penjelasan yang sebenarnya. Aku bahkan lebih bisa terima kalau kamu selingkuh, menemukan perempuan lain, atau bahkan bosan padaku, aku mungkin aku mengekangmu. Sebenarnya apa yang salah saat itu?
Kamu menjauh beberapa minggu sebelum kamu pindah, lalu kemudian harus aku yang menghubungimu duluan agar aku tahu kabarmu? Agar aku tahu kabar hubungan yang gantung itu? Boleh aku tanya, gimana nasib hatiku sekarang kalau hari itu aku ga bertanya tentang hubungan kita? Mungkin sampai sekarang aku masih menunggumu tanpa kepastian yang jelas dan rasa bingung. Sampai sekarang pun sebenarnya masih begitu.
Aku memang marah. Tapi aku juga rindu. Entah perasaan macam apa ini.
Lalu kemudian aku melihat kotak itu dan isinya lagi. Semua itu adalah mesin waktuku. Mesin waktu berharga yang bisa membawaku kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar