Aku bukan melamun. Aku hanya memusatkan perhatian pada sesuatu yang orang lain tidak lihat dan tidak mengerti. Sudah lama aku memikirkan hal ini. Jangan harap aku melupakanmu dan melanjutkan hidup. Melanjutkan hidup?
Ingatanku masih segar seolah hal tersebut baru terjadi kemarin. Otak ini tak ingin mengenyahkan kamu dari ingatan-ingatan manis sampai yang pahit sekali pun. Kamu tidak berubah, kamu adalah kamu dan itulah yang membuatku suka bahkan sampai sekarang. Aku tidak akan pernah bosan dengan kamu. Aku bersyukur sudah mengenalmu walaupun hanya 1% saja. Kamulah orang yang aku perhatikan sejak awal lalu hanya untuk kamu aku pendam rasa itu. Kamulah orang yang ingin aku ajak bicara, aku ingin mendengar suaramu saat kamu berbicara langsung padaku. Dan aku senang melihat tingkah lakumu yang terkendali tapi malah banyak bicara saat bersamaku.
Langkah kaki yang kamu ambil, wajah kecewa itu, dan rasa rindu yang tidak terbalas. Apa semua itu benar? Apa yang terakhir kali aku lihat itu asli? Tapi ya, kamu berhasil dengan semua itu. Aku jadi membenci diriku sendiri karena tidak berjuang bertemu dengamu di hari-hari terakhir kamu pergi. Jangan merasa bersalah, tolonglah. Aku hanya tidak bisa berpisah denganmu dengan cara seperti itu, aku sangat capek badan dan juga batin saat itu.
Beberapa kali aku terpikir akan hal ini. Aku sering melihat janji-janji di novel-novel dan film-film. Kalimat-kalimat yang terdengar menjanjikan. Tapi suatu hari aku sedang memikirkanmu, aku jadi ingin berterima kasih. Terima kasih karena tidak pernah meninggalkan janji-janji, terima kasih sudah membuatku tidak terikat dan menunggu. Aku terlalu buta saat itu untuk menyadari kalau kamu memang tidak akan pernah kembali ke kota ini dalam waktu dekat atau pun lama. Dan kamu sudah menyadari hal itu sejak awal, bodoh sekali aku ini. Janji-janji yang orang-orang ucapkan pada pasangan mereka, memang tidak bisa kamu ucapkan. Tapi aku tetap memilihmu walaupun tanpa janji-janji itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar