Minggu, 06 November 2016

Buta

Beberapa hari yang lalu, aku mengetahui suatu hal baru tentangmu. Hal yang membuatku bangga namun caraku terasa ironis.
Dulu, aku bebas bertanya apa pun padamu, begitu juga sebaliknya. Aku peduli padamu, kau lebih dari itu. Aku masih peduli padamu sampai sekarang, entah kau juga atau tidak. Bedanya, aku tidak lagi bebas bertanya seperti dulu padahal ada banyak pertanyaan yang harusnya kau terima sekarang.
Aku pikir kamu kuliah di sana, kemudian aku ragu dan ternyata aku salah.
Tidak jauh berbeda jaraknya. Masih jauh dan kali ini di pulau yang berbeda.
Seharusnya aku malu karena masih mempermasalahkan jarak.
Lupakan saja.
Aku bangga padamu.

Mengalir

Aku sedang mendengar lagu Payung Teduh yang judulnya Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan. Saat menulis kalimat barusan, aku merasakan deja vu. Aku pernah menulis di blog ini kalau aku sedang mendengar lagu Endah N Rhesa lalu kamu membacanya terang-terangan saat menelponku, kamu mengejekku.
Sebelum ini, aku mendengarkan San Francisco-nya 5SOS. Lalu aku mulai paham suatu hal barusan. Aku 'melihat'mu. Bukan dalam artian harfiah. Sudah bertahun aku tidak melihatmu, tentu saja. Kali ini aku melihatmu di musik yang kamu dengar. Aku merasakanmu, aku mengingatmu saat mendengar lagu Blink 182. Perlahan dari rambut kemudian tatapanmu. Aku rindu.

Jumat, 07 Oktober 2016

Jangan Khawatir, Ini Hanya Tempat Lainnya

Sudah lama sekali aku tidak memposting disini. Kalau blog ini adalah barang, mungkin sebelum ini harus aku lap dulu dengan bersih baru bisa aku tulisi.
Tepat seminggu yang lalu, aku melihat orang lain. Selama 4 tahun belakangan ini, aku tidak pernah membuka hatiku untuk orang lain. Aku tidak akan munafik soal menyukai orang lain, tapi biasanya aku hanya naksir biasa tanpa ada rasa untuk ingin memiliki. Aku pernah menyukai teman sekelas yang sekarang membuatku ilfeel, teman les yang juga orang batak, kakak tingkatku saat ospek, dan juga kakak tingkat saat aku tes wawancara pada organisasi jurusan. Dan semuanya hanya naksir biasa. Rasaku akan timbul sedikit saat melihat mereka, itu saja.
Tapi kali ini, untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir aku merasakan hal yang sudah lama menghilang itu. Yang hanya dimiliki oleh kamu, orang yang menghilang tanpa pamit jauh keluar kota sana.
Untuk pertama kalinya dalam 4 tahun, aku gugup saat diperhatikan, jantungku berdebar saat dia ada di jarak pengelihatanku, aku ingin mencari perhatian,  aku ingin terus melihatnya walau hanya sekilas, aku suka saat kami tidak sengaja saling bertatap mata, aku senang saat dia duduk didekatku, mendengar petikan gitarnya, memperhatikan gerak-geriknya, dan aku berharap dia memandangku seperti aku memandangnya.
Kali ini bukan lagi suka yang biasa. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya seperti aku memikirkanmu. Mengingatnya membuatku senang.
Aku tidak mencarimu di laki-laki ini. Kamu adalah kamu, dan dia adalah dia. Aku menyukainya bukan karena dia mirip denganmu, bukan karena aromanya yang sama denganmu. Sama sekali tidak ada kemiripan kecuali dia yang bisa bermain gitar. Yah, banyak orang yang bisa main gitar kan? Entah kenapa, aku hanya menyukainya.
Boleh aku menyayangi dua orang secara bersamaan?
Kamu bilang, kamu ingin aku bebas. Sekarang aku menemukan dia, orang yang mungkin bisa membuatku bebas.
Tapi tenang saja, kamu tidak akan tergantikan.

Kamis, 16 Juni 2016

Postingan yang sama

Tentu saja tentang kamu lagi. Memangnya kamu mengharapkan apa? :)
Di awali tentangmu, maka isi dan akhirnya juga tentang kamu.

Apa kabar hari ini?
Sudah lama aku ga lihat pergerakanmu di sosial media. Aku tau kau sedang sibuk ujian tulis untuk masuk perguruan tinggi. Baru kali ini aku menyisipkan nama orang lain selain keluargaku dalam doa. Apapun hasilnya, aku percaya kamu bisa dengan usaha-usaha dan kerja kerasmu. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik, aku selalu berharap begitu.

"Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang. Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan." - Aan Mansyur

Mungkin akan terdengar lebih waras kalau aku berkata bahwa aku menganggapmu brengsek dan mencari lelaki lain yang jelas-jelas menyayangiku dan dia berada di kota yang sama denganku. Tapi karena aku ini mungkin sudah tidak waras, (mitosnya, jatuh cinta akan membuat orang tidak waras) aku bukan hanya menganggapmu brengsek dan mencari laki-laki lain yang berada di kota yang sama denganku, aku juga sadar dengan perasaanku. Lelaki ini berada satu kota denganku, lucu, manis, dan paling penting adalah kotaku adalah kota asalnya juga. Tapi dia bukan kamu. Itulah masalahnya, yang membuatku menjadi tidak waras.

Saat itu, aku berada di satu titik dimana aku merasa tidak diinginkan dan bodoh karena selama ini percaya saat aku pikir kamu tidak akan meninggalkanku, aku pikir kabar kepindahanmu itu hanya akan menjadi ilusi dan kita akan terus berada di satu kota bahkan sampai kita bosan dengan satu sama lain. Aku salah, tentu saja. Aku berpikir apa yang sedang aku alami saat itu akan selalu begitu, kamu yang diam-diam mencari tau di internet tentang hal yang aku bicarakan biar terlihat seolah paham, kamu yang berkata tidak ingin pindah, kamu yang menyayangiku, kamu yang berkata kalau aku tidak tergantikan, kamu yang ingin teriak kalau kamu adalah lelaki paling beruntung di dunia, kamu yang cemburu berlebihan, kamu yang diluar ekspektasiku. Dan sekarang aku bertanya-tanya, apa perasaanmu masih sama?

Kamu tidak merindukanku, itulah yang aku dapatkan sebelum kamu pindah. Kamu yang menghindar, itu juga yang aku dapatkan sebelum kamu memutuskan hubungan. Tapi saat ini, aku teringat hal-hal lain. Kamu sangat terlihat biasa saja setelah kita tidak berbicara lagi, tapi sebelumnya kamu masih ingin berteman denganku dan menyuruhku untuk tidak menangis. Kenapa?
Lalu kalau saat itu kamu hanya berpura-pura menyayangiku, maka apa tujuanmu dengan segala kecemburuan yang kamu buat? Bagaimana dengan telepon-telepon tengah malam yang selalu kamu minta? Dan juga kamu yang selalu terlihat senang saat melihatku dan selalu lebih dulu mendatangiku di sekolah saat itu? Kamu yang menyebut dirimu sendiri bodoh, brengsek, tolol dan segala macam itu saat aku marah padamu, kamu yang mencoba dengan keras untuk menyukai idolaku padahal kamu sadar kalau kamu tidak suka jenis lagu yang seperti itu, kamu yang bertanya universitas tujuanku agar kita bisa kembali bersama, kamu yang ternyata sampai sekarang tidak pernah pacaran dengan siapa pun lagi. Saat terakhir kali kita berbicara itu, aku sangsi saat kamu bersumpah kalau tidak ada perempuan lain. Tapi ternyata hal itu benar-benar terbukti.

Itulah.
Itulah yang membuat hal ini lebih sulit. Aku sudah pernah mencoba hubungan dengan lelaki lain walaupun kemudian berakhir karena perasaanku ke kamu. Kenapa kamu tidak punya pacar lain saja? Pertanyaan tidak waras dari orang yang tidak waras. Logikanya aku mencintaimu dan tidak ingin orang yang aku cintai dimiliki orang lain, tapi ternyata sejujurnya aku bahagia kalau kamu bahagia. Cheesy banget sih emang. Tapi hal itu bakal bikin aku lebih mudah melanjutkan hidup dan memastikan kalau kamu memang sudah menemukan perempuan lain.

Dulu aku pikir, perasaanku ini hanya perasaan rindu akan masa lalu. Seiringnya waktu saat aku pernah mengira kalau kamu sudah punya perempuan lain, air mataku tumpah. Sakit rasanya, tapi bukan sakit yang seperti itu. Sakit yang kemudian membuat hatiku lapang. Kemudian saat itu aku tersenyum. Rasa cemburuku bahkan terkalahkan dengan rasa lega pada kenyataan bahwa kamu bisa berbahagia dengan orang yang kamu pilih. Lalu saat aku sadar kalau ternyata aku salah mengira, di titik itulah aku sadar kalau aku, perempuan yang kamu tinggalkan ini, mencintaimu.

Minggu, 29 Mei 2016

Mesin Waktu

Hari itu Sabtu, kuliah libur, dan aku belum mandi padahal sudah sore. Kata Raditya Dika, mandi pagi di hari libur itu adalah penghinaan. Yah, kira-kira gitu deh kata dia. Dan aku setuju dengan pernyataan itu hehe.
Postingan kali ini ngomongin tentang Mesin Waktu. Belum ada ilmuwan mana pun yang menemukan mesin waktu. Waktu itu tidak bisa di genggam. 0,01 detik aja terlewat, itu sudah jadi masa lalu, seperti aku yang lagi nulis ini, judul yang pertama kali aku ketik adalah masa lalu. Ih muter-muter ya omonganku. Tapi Pidi Baiq bilang,"Kukira, aku tidak akan pernah berada di masa depan, karena nyatanya, aku selalu berada di hari ini, yang harus lebih baik dari kemarin." Bener, aku juga setuju dengan kutipan itu. Kalau ngomongin hal yang ga bisa diterima akal ini, rasanya bingung ya? 
Menurut aku pribadi, mesin waktu secara harfiah itu memang tidak ada. Walaupun ada banyak cerita-cerita tentang penjelajah waktu. Waktu itu melebihi angin, cahaya, dan air. Parah sekali, tidak bisa dilihat dan dirasakan. Satu detik saja berlalu, sudah jadi kenangan dan satu detik belum dilewati, akan jadi masa depan. Simpel sekali pernyataannya.
Alasan kenapa orang menginginkan mesin waktu atau ingin kembali dan juga meloncati masa sekarang adalah karena rasa penyesalan dan penasaran. Orang-orang ingin memperbaiki diri dan merasa malu dengan diri sendiri. Tapi percayalah, semuanya sudah ditakdirkan begitu. Tidak ada kejadian yang tidak punya arti untuk kita walaupun sampai saat ini, kita tidak menyadari maksud dari hal-hal yang sudah terjadi itu. Kenangan-kenangan dan segala macam bentuknya. Ada lagi alasan kenapa orang ingin kembali ke masa lalu, bukannya ingin mengganti apa yang terjadi tapi mereka rindu. Rindu dengan apa yang terjadi dulu, jika di bandingkan dengan yang sekarang. Terkadang ada hal-hal yang tidak bertahan lama, hal-hal yang hanya diberikan pada kita dalam waktu tertentu, hal-hal yang membuat kita ingin merasakannya lagi. Yah, ini sih curhat aja terus haha.
Imajinasi tentang mesin waktu pasti sebuah ruang kotak dengan tombol-tombol yang kemudian membawa kita ke suatu masa yang kita inginkan, yang sampai sekarang hanya bisa diciptakan lewat kartun Doraemon dan SpongeBob. 
Malam itu, aku membongkar lagi kotak yang berisi semua kenangan tentang kamu. Komik, foto, lembaran blog tentangmu yang sudah aku print lalu aku hapus, semuanya. Saat sedang membaca tulisan lamaku, aku tertawa sambil mengusap air mataku. Kenapa dulu aku naif sekali? Kenapa dengan percaya dirinya aku berpikir kita akan terus begitu? Senang, gembira, selalu mendengar suara satu sama lain sampai pagi lewat telepon, saling kangen, dan selalu bisa mengutarakan perasaan satu sama lain bebas kapan pun. Kenapa aku dengan naifnya menjawab kalau kita akan selalu bersama? Kenapa saat itu aku bisa berpikir kalau jarak tidak akan pernah jadi kendala? Kenapa aku dulu mikir kalau kamu tidak akan mungkin menyakitiku?
Aku percaya padamu.
Dan aku bodoh karena ada banyak faktor-faktor yang tidak aku pahami sampai sekarang kenapa kita bisa jadi dua orang egois yang tidak pernah saling sapa sedikit pun.
Maaf.
Tapi aku masih butuh penjelasan. Menurutku semua itu nggak jelas. 
Aku butuh alasan yang jelas, aku butuh penjelasan yang sebenarnya. Aku bahkan lebih bisa terima kalau kamu selingkuh, menemukan perempuan lain, atau bahkan bosan padaku, aku mungkin aku mengekangmu. Sebenarnya apa yang salah saat itu? 
Kamu menjauh beberapa minggu sebelum kamu pindah, lalu kemudian harus aku yang menghubungimu duluan agar aku tahu kabarmu? Agar aku tahu kabar hubungan yang gantung itu? Boleh aku tanya, gimana nasib hatiku sekarang kalau hari itu aku ga bertanya tentang hubungan kita? Mungkin sampai sekarang aku masih menunggumu tanpa kepastian yang jelas dan rasa bingung. Sampai sekarang pun sebenarnya masih begitu.
Aku memang marah. Tapi aku juga rindu. Entah perasaan macam apa ini.
Lalu kemudian aku melihat kotak itu dan isinya lagi. Semua itu adalah mesin waktuku. Mesin waktu berharga yang bisa membawaku kembali. 

Kamis, 31 Maret 2016

Terima kasih

Aku bukan melamun. Aku hanya memusatkan perhatian pada sesuatu yang orang lain tidak lihat dan tidak mengerti. Sudah lama aku memikirkan hal ini. Jangan harap aku melupakanmu dan melanjutkan hidup.  Melanjutkan hidup?
Ingatanku masih segar seolah hal tersebut baru terjadi kemarin. Otak ini tak ingin mengenyahkan kamu dari ingatan-ingatan manis sampai yang pahit sekali pun. Kamu tidak berubah, kamu adalah kamu dan itulah yang membuatku suka bahkan sampai sekarang. Aku tidak akan pernah bosan dengan kamu. Aku bersyukur sudah mengenalmu walaupun hanya 1% saja. Kamulah orang yang aku perhatikan sejak awal lalu hanya untuk kamu aku pendam rasa itu. Kamulah orang yang ingin aku ajak bicara, aku ingin mendengar suaramu saat kamu berbicara langsung padaku. Dan aku senang melihat tingkah lakumu yang terkendali tapi malah banyak bicara saat bersamaku.
Langkah kaki yang kamu ambil, wajah kecewa itu, dan rasa rindu yang tidak terbalas. Apa semua itu benar? Apa yang terakhir kali aku lihat itu asli? Tapi ya, kamu berhasil dengan semua itu. Aku jadi membenci diriku sendiri karena tidak berjuang bertemu dengamu di hari-hari terakhir kamu pergi. Jangan merasa bersalah, tolonglah. Aku hanya tidak bisa berpisah denganmu dengan cara seperti itu, aku sangat capek badan dan juga batin saat itu.
Beberapa kali aku terpikir akan hal ini. Aku sering melihat janji-janji di novel-novel dan film-film. Kalimat-kalimat yang terdengar menjanjikan. Tapi suatu hari aku sedang memikirkanmu, aku jadi ingin berterima kasih. Terima kasih karena tidak pernah meninggalkan janji-janji, terima kasih sudah membuatku tidak terikat dan menunggu. Aku terlalu buta saat itu untuk menyadari kalau kamu memang tidak akan pernah kembali ke kota ini dalam waktu dekat atau pun lama. Dan kamu sudah menyadari hal itu sejak awal, bodoh sekali aku ini. Janji-janji yang orang-orang ucapkan pada pasangan mereka, memang tidak bisa kamu ucapkan. Tapi aku tetap memilihmu walaupun tanpa janji-janji itu.

Senin, 28 Maret 2016

Batas yang Jelas

Postingan-postingan yang aku tulis disini bukan berarti hal yang sebenarnya. Ini hanya pikiran-pikiranku saja, tentang seseorang yang membuatku pertama kali menulis disini. Dia sudah membaca tulisan-tulisanku dulu yang kemudian aku hapus karena malu. Tapi sekarang, mungkin dia sudah lupa dengan blog ini atau mungkin tidak peduli. Aku tidak ingin tahu alasannya.
Aku tidak bisa berbicara padanya lagi, jangan heran kalau aku suka menulis disini seolah-olah berbicara pada dia. Dan sekarang aku akan mulai berbicara padanya.
Halo kamu.
Apa kabar kamu? Apa kabar sekolahmu? Kamu udah ngisi SNMPTN? Isi yang bener ya, kebetulan banget Universitas impian kita sama. Mudah-mudahan kamu lulus disana dan ngewakilin aku haha.
Maaf aku sok dramatis ngucapin 3 menit sebelum hari ultah kamu habis. Aku cuma ragu apa yang harus aku katakan dan apa respon yang akan aku dapat. Lega sekali rasanya saat tahu kalau kamu tidak hanya membaca tapi juga menjawab di menit itu juga. Aku tidak tahu, aku terlalu gugup dan langsung mengeluarkan akun instagramku saat itu juga.
Aku senang kamu menjawab. Tapi lucu sekali rasanya saat kamu memanggilku 'kak', sopan sekali seperti berbicara pada kakak tingkat yang tidak pernah kamu kenal, tidak pernah kamu panggil sayang, tidak pernah kamu utarakan cinta, tidak pernah kamu khawatirkan, tidak pernah kamu cemburui habis-habisan, tidak pernah apa-apa. Dari mana kamu mendapat kesopanan itu? Seingatku dulu, pertama kali kamu berbicara padaku, tidak sekali pun kamu mencoba untuk ramah dan sopan. Yang kamu utarakan tidak lebih dari "O" dan "Y" atau kalau lebih pun, kamu hanya ingin mengejekku. Terkadang ada banyak kalimat manis yang kamu ucapkan tapi tetap saja, cuek.
Aku suka kamu. Aku suka saat kamu menjadi dirimu sendiri. Brengsek ya brengsek aja, tapi kamu tetaplah kamu dan aku suka sama kamu. Aku juga berpikir kenapa aku menyukaimu selama ini, sedalam ini? Sampai sekarang aku tidak mendapat jawaban dari diriku sendiri. Aku tidak tahu, aku hanya suka kamu. Walaupun sesopan itu, kamu tetaplah kamu.
'kak'
Apa itu?
'kak'
Kenapa kamu memanggilku begitu?
'kak'
Apa itu suatu kode? Panggilan singkat untuk kemudian membatasi hal yang kamu perjelas sejak kita berpisah?
'kak'
Maaf sepertinya aku terlalu menuntut pada masa lalu.

Aku akan berhenti berharap, tapi aku tetap mencintaimu.
Aku memang mencintaimu. Aku bisa bilang, waktu aku melihatmu dengan wanita lain, aku malah bahagia. Ada perasaan lega di hatiku. Aku ingin kamu bahagia. Ya, aku menangis tapi aku bahagia sekali. Bahkan perasaan cemburuku tak terasa lagi. Aku hanya bahagia.